Kiai Mahfudz Asyamwi adalah sosok kiai humanis dan kharismatik juga memiliki banyak pengalaman dalam beberapa bidang dan salah satu tokoh yang sangat berpengaruh khususnya dalam kalangan NU, beliau sangat dekat dengan dunia pesantren dan dilahirkan dalam komunitas santri, karena latar belakang keluarganya yang religius yaitu dari kalangan NU. Maka dari itu sosok Kiai Mahfudz Asymawi sangat menarik untuk dikaji dalam penulisan ini.
Riwayat Hidup Kiai Mahfudz
Dari hasil wawancara dengan Kiai Haryono Hamzah, sebagai salah satu santri dan saksi hidup beliau yang sekarang masih hidup dan masih mengabdi di MTS walisongo.
Kiai Mahfudz dilahirkan di Desa Pecangaan Kulon Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara pada tanggal 6 Januari 1943 yang merupakan putra keempat dari sebelas bersaudara, dari pasangan Kiai Asymawi Mu’min dan Nyai Rukayah. Dan wafat tanggal 7 Ramadlan 1422 H, atau 23 November 2001.
Karier dan Jasa Beliau
Berikut beberapa pengalaman beliau diberbagai bidang, diantaranya: Ketua lembaga Pendidikan Maarif NU Jepara tahun 1984, Ketua Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Pecangaan, Ketua Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi), Menjadi anggota DPRD Kabupaten Jepara Selama dua periode yakni tahun 1877 dan tahun 1987, Kepala MTs dan MA periode 1975 sampai 1992, Wakil ketua Yayasan Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (Yaptinu) Jepara tahun 1996, ketua MWC NU pecangaan selama dua periode, Ketua Pengurus Wilayah LP Maarif Jawa Tengah, Ketua Cabang NU Jepara, Ketua MUI Kabupaten Jepara dan Direktur Umum Pendidikan membawahi unit unit pendidikan di bawah naungan Yayasan Walisongo Pecangaan sampai 2001 hingga beliau wafat.
Pesan-Pesan Beliau untuk Santri
Selalu menanamkan santri dan muridnya untuk giat dan rajin, dan militan dalam semua hal, jangan sampai mengeluh dalam perjuangan. Yang sering dilontarkan beliau adalah firman Allah di surat Al-ankabut ayat 69:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
Yang artinya, Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Mendoktrinasi putra-putri dan santri beliau untuk selalu menjaga amalaiyah NU.
Beberapa Amalayiah yag sering di sampaikan belaiau adalah , untuk selalu melaksnakan Sholat tahajud, seperti yang di ceritakan oleh santri-santrinya, belaiau sendiri dengan tangannya sering memambangunkan para santri untuk melaksanakan sholat malam. Bagi anak-anak santri yg males bangun, beliau sendiri membangunkan dengan sajadah agar segera bangun dan menjalankan tahajud. dan santri langsung berbegas untuk ambil wudhu dan tidak marah.
Termasuk Amaliyah yang beliau doktrinkan untuk santrinya adalah, anjuran sholat duha, yang sekarang menjadi corvalue/ kebiasaan para santri/siswa-siswi di yayasan walisongo pecangaan.
Dengan tata cara yang khas, yakni 2 rakaat, 2 rakaat dengan surat yang dibaca setelah fatihah masing-masing adalah At-takatsur, Al-Asr, Al-Kafirun dan Al-Ihlash, dan pada saat Sujud ditambahi bacaan
وهب لى ياوهاب علما وحكمة وللرزق يارزاق كن لي مسهلا sebanyak 3 kali
Dan setelah sholat selesai sebelum berdo’a juga membaca bacaan diatas sebanyak 21 kali.
Beliau juga sangat memperhatikan sholat jamaah dan itu juga salah satu doktrin yang diterapkan kepada para santri-santrinya. Seperti yang diceritakan salah satu santri beliau, ketika tiba waktu jamaah dan beliau belum sholat karena habis ada acara , beliau berusaha mencari santri-santri yang belum jamaah untuk diajak berjamaah meski hanya satu atau dua santri, dengan alasan katanya jamaah adalah sumber rizki .
Ada juga amalan yang beliau ajarkan ke santrinya yaitu wiridan ba’da sholat hajat yakni bacaan“ ya fattahu ya ali”.
Termasuk amaliyah yang beliau ajarkan dianataranya adalah setalah sholat maktubah jangan lupa membaca sholawat nariyah 11 kali.
Hebatnya beliau, hampir setiap ada hal yang baru, langsung beliau respon dan dikembangkan, bahkan beliau tidak malu bertanya kepada siapapun termasuk murid-murid dan santrinya.
Hampir sepanjang hidupnya beliau abdikan untuk masyarakat dan ummat, dalam rangka lii’laikalimatillah (ibadah pada Allah), sampai-sampai keluarga sendiri kurang begitu terpikirkan, termasuk rumahnya yang pada saat itu hampir rubuh. Sehingga Pada saat beliau berangkat haji, atas inisiatif sahabat dan para santri beliau, Rumahnya tanpa sepengetahuan beliau direnovasi dan diperbaiki yang bias kita lihat samapai saat ini.
Beliau juga memompa semangat para santri dan sahabat dalam menumbuhkan jiwa pejuang, itu bisa kita lihat dengan berdirinya sekolah/madrasah-madrasah baru di sekitar pecangaan dan jepara, yang di prakarsai oleh para santri-santri beliau dan itu sebenarynya disadari atau tidak merupakan hasil tanaman beliau.
Karena dengan landasan bahwa masyarakat akan maju dan berkembang dengan adanya pendidikan. Maka jangan jadikan itu sebagai persaingan atau permusuhan dalam konteks pengelolaan lembaga pendidikan.
Sosok karakter beliau dalam mengembangkan dan menyiarkan ajaran agama islam di pecangaan kulon khususnya dan jepara umumnya, sesuai dengan sistem dan karakteristik Asawaja yakni, Tasamuh (menghargai perbedaan/toleransi), Tawasut (sikap tengah-tengah), Tawazun (seimbang dalam segala hal), I’tidal (tegak lurus), Amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kebaikan dan mencegah yang tidak baik), sehingga karakteristik itu beliau sangat-sangat disegani dan dihormati oleh banyak orang, baik kecil maupun besar, kaya maupun miskin.
Termasuk LP Ma’arif, sampai MTs, MA Walisongo Pecangaan pada saat itu sangat maju karena karakter beliau yg tidak membeda-bedakan, merangkul semua elemen. Termasuk dalam mengembangkan pendidikan beliau menggandeng orang-oarang yang kaya, orang-oarang yang pinter dari kalangan apapun termasuk non islam jika sangat dibutuhkan. Terbukti di Madrasah Tsanawiyah walisongo dulu mengambil guru kristen, dengan tujuan diajak untuk pengembangan pendidikan.
Dalam mengembangkan pendidikan di INISNU waktu itu, beliau lakukan dari hati ke hati, rumah ke rumah, di datangi untuk diajak diskusi. Seperti yang diceritakan oleh narasumber (Yi haryono) sekaligus pelaku saat itu, pernah disuruh ngumpulkan bambu-bambu disepanjang jalan Desa Rengging, Pecangaan, Troso, Ngasem, Nglampitan, untuk pembangunan gedung INISNU. yang sebelumnya beliau sudah berkeliling door to door ke masyarakat untuk itu. Termasuk mobil yang digunakan untuk angkut bambu-bambu tersebut juga hanya bilang ke Srikandi Ratu. Itulah salah satu karakter beliau gigih, pejuang dan militan sehingga terwujud gedung INISNU yang sudah megah saat ini.
Salah satu hal yang mungkin banyak orang tidak tahu, bahwa beliau tidak pernah pegang uang, baik uang pribadi maupun uang organisasi.
Seperti yang diceritakan narasumber, Pernah dapat fee dari MTs Negeri yang dibungkus amplop, Amplop tersebut tidak diterima dan disuruh meletakkan di laci meja beliau, pada saat butuh semisal perjalanan ke jepara maka suruh ambilkan untuk sekedar transport. Termasuk ketika bangun apapun juga tidak pernah pegang uang, langsung suruh bagikan kepada Si A, Si B dan Si C, sesuai penggunaannya. Begitupun didalam keluarga, kata ibu (istri beliau) tidak pernah mengasih uang, untung ibu bisa bekerja sendiri dipasar, sehingga kebutuhan bisa terpenuhi.
Sekali lagi bahwa Beliau sangat peduli dengan masyarakat sampai keluarga sendiri kurang begitu terpikirikan, sehingga bisa dikatakan beliau adalah sosok yang tidak pernah berdiam diri, main-main atau nyantai-nyantai.
Ucapan beliau ibarat pepatah jawa “Idu geni”, kalau ngucap langsung terjadi dan ditatati, itu bisa terlihat saat ATIKA (Akademi Teknologi Industri Kayu) jepara yang merupakan lembaga kristen, ketika diminta beliau langsung dikasihkan, yang diwujudkan dalam bentuk hibah perguruan tinggi dikelola dan dikembangkan. Yang Berkat kegigihan dan kerja kerasnya bersama pengurus yang lain, di Jepara sekarang ada UNISNU, menggabung tiga perguruan tinggi tersebut.
Termasuk salah satu ide beliau adalah metode pembelajaran yang jauh sebelum kita mengenal istilah PAKEM (pembelajaran aktif kreatif efektif menyenangkann) atau yg belakangan 5M (mengamati menanya mencoba menalar mengkomunikasikan). Pada tahuan 80-90-an Beliau membekali para santri dengan metode AKIK , yang merupakan kepanjangan dari Aktif, Kreatif, Inspiratif dan Komunikatif. Artinya Pendidik dan tenaga kependidikan dan santri harus aktif, sregep menuntut ilmu. Kreatif menggunakan ilmu dan kemampuannya agar disukai, mampu menginspirasi orang lain dan karena itu harus komunikatif.
Dari biografi diatas dapat penulis simpulkan bahwa sosok Kiai Mahfudz Asymawi, adalah seorang berjiwa besar, berdedikasi tinggi, berjiwa sosial, berwawasan luas, sederhana dan bersahaja, rendah hati (tidak marah karena urusan pribadi), berkesabaran tinggi, pemberani karena kebenaran, tidak mudah putus asa, ikhlas berjuang, berjiwa penolong, sangat peduli terhadap nasib fakir-miskin, santun dan menghormati semua orang, mediator dari berbagai penyelesaian masalah masyarakat yang timbul, idealis, dan realis dalam menyikapi perkembangan, inisiator dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan, memiliki bargaining dan lobi yang kuat, organisator dan orator yang ulung, responsif positif terhadap masalah masalah umat, istiqomah dalam beribadah. (az)


